Senin, 13 Desember 2010

"Unstoppable": Kesetiaan dan Ketepatan

Baru saja aku menonton film "Unstoppable". Sebenarnya tidak ada rencana menonton hari itu, tapi aku dan pacarku spontan masuk ke Bioskop di Tamini Square. "Pokoknya, kalau tidak ada yang menarik ya, pulang saja," kata Adit. Aku setuju. Di sana hanya ada 3 studio, studio 1 Harry Potter, studio 2 Unstoppable dan studio 3 aku lupa judulnya, yang jelas itu film Indonesia yang bergenre horor, ada kuntilanaknya sih..hehe.. Setelah berdiskusi sebentar (kaya mau apa deh..), akhirnya kami memutuskan menonton film Unstopable yang jam 19.00, dan kurang 15 menit lagi film akan dimulai, jadi tak perlu menunggu lama, kami langsung masuk ke studio.

Berawal dari satu Kecerobohan
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Berawal dari kisah Will  (Chris Pine), lulusan sebuah pelatihan perkeretaapian 4 bulan lalu (sudah menikah dan punya anak 1, tapi sedang mengurus perceraian), bertugas untuk pertama kalinya dengan Frank (Denzel Washington) membawa kereta 1206. Pada saat yang sama, Dewey (Ethan Suplee) dengan tidak sengaja dan atas kecerobohannya mengakibatkan Kereta Api yang beberapa gerbongnya bermuatan cairan kimia berbahaya melaju cepat tanpa seorang masinis di dalamnya. di lain jalur, kereta wisata berisi puluhan anak-anak sekolah juga sedang melaju dan akan bertemu dengan kereta tak bermasinis tadi. Kereta tersebut akan menuju Stanton, artinya akan menimbulkan banyak korban di sana.

Pergulatan dan konflik terjadi di sela-sela penyelesaian masalah kereta tersebut., Connie (Rosario Dawson) dan Galvin (Kevin Dunn) bergulat soal saham perusahaan dan pekerjaan. Galvin mengancam akan memecat Connie bila tidak mengikuti apa yang diinginkannya, atau bila Connie mengambil keputusan yang tidak disetujui Galvin.

Galvin memutuskan untuk mencari sendiri jalan keluarnya dengan memasang pengungkit untuk menggelincirkan kereta tak bermasinis tadi. Sayangnya, kereta terlalu cepat dan berat untuk digelincirkan, alhasil, pengungkit yang sudah terpasang rusak begitu saja dilindas kereta api. Cara lain adalah memasang lokomotif di depannya sebagai usaha mengerem kereta tersebut, lalu menurunkan orang untukmasuk ke loko kereta tak bermasinis tadi. Sayangnya, kecepatan sulit diseimbangkan, dan orang Galvin luka parah karena terlempar, sedangkan Lokomotif tambahan tergelincir dan meledak.

Menguji Kesetiaan dan Keberanian
WIll dan Frank terus melakukan komunikasi dengan Connie, dibantu Inspector Werner (Kevin Corrigan) seorang peneliti, dan memantau jarak antara kereta 1206 dengan kereta tak bermasinis tadi. Frank dan Will  berhasil masuk jalur lintasan darurat, ketika bertemu dengan kereta tak bermasinis tersebut, sayangnya satu gerbong paling belakang terlambat masuk, sehingga hancur ditabrak kereta tadi.

Melihat hal tersebut, Frank memikirkan suatu ide yaitu, memasang lokomotofnya di belakang kereta berkecepatan 104km/jam itu. Ide gila itu belum disambut baik oleh Galvin maupun Connie, walaupun demikian, Connie mempercayakan hal tersebut kepada mereka berdua. Frank dan Will pun tak lupu dari perdebatan singkat, perihal ikut atau tidak dalam proyek berbahaya ini. Dengan pasrah namun yakin, Will menyetujui ide Frank dan ikut memantau situasi mereka dan terus berkomunikasi dengan Connie.


Dalam ketegangan itu, Frank, yang sebenarnya sudah dipecat dan hanya menghabiskan masa 30 hari kerja mulai bertanya perihal kehidupan Will. Sebelum berangkat, Frank melihat Will beberapa kali mengangkat telepon genggamnya di sela-sela kerja, memasang sambungan loko dan gerbong. Will berusaha berkonsentrasi pada situasi yang berbahaya dan permasalahan yang sedang dihadapinya. Semangat Frank membantu Will menghadapi situasi tersebut. Dengan berani Will memutuskan untuk mengambil alih aba-aba di belakang kereta sampai kereta yang ditumpanginya tersebut menyatu dengan kereta tak bermasinis tadi.

Perlu Ketepatan
Kereta menempel, dan dengan cepat Will berusaha menyambungkan kedua kereta tersebut. Sayangnya, kaki Will terjepit pengait dan hampir saja terjatuh. Para reporter terus memantau pergerakan Will dan Frank di kereta. Will berhasil menyambungnya. Frank tersenyum, tapi mereka belum selesai. Kereta masih melaju dengan cepat. Frank berusaha menariknya, tapi ternyata kekuatan loko mereka kalah cepat. Frank meminta Will mengambil alih kemudi, dan Frank nekat keluar untuk melakukan pengereman manual.

Frank loncat dari satu gerbong ke gerbong lain. Sementara Will berkonsentrasi pada tuas remnya. Kereta akan memasuki jalur belok dan menanjak, yang memungkinkan kereta akan tergelincir. Tapi dengan instruksi dari Frank, Will menarik tuas rem beberapa kali, dan membuat kereta terjaga keseimbangannya. Hanya beberapa tabung tidak berbahaya saja yang jatuh. Dan kereta masih berada di jalurnya. Akan tetapi, kereta semakin cepat melaju ketika diketahui bahwa rem lokomotif yang dibawa Will, blong.

Warga dibuat panik, begitu juga istri Will dan kedua putri Frank. Will dan Frank belum tahu harus berbuat apa lagi, sampai Ned (kepala Pengelasan) dengan truck-nya datang menyuruh Will loncat ke dalam truck. Ned membawa Will ke lokomotif kereta tak bermasinis tersebut, dan menyuruhnya meloncat.

Will loncat dan hampir terjatuh sebelum akhirnya dia berhasil masuk dan mengendalikan kereta tersebut. Kurang dari beberapa Km lagi sampai di Stanton, kereta berhenti dan semuanya bersorak. Penduduk Pensylvania berhutang budi pada Frank dan Will atas musibah yang hampir menimpa ratusan ribu penduduknya.

Kata-kata yang paling aku ingat adalah: "Ini soal ketepatan" , kata Ned kepada Will setelah kereta berhenti. Dan ketepatan itu membutuhkan betahun-tahun pengalaman. Seperti Frank yang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja menjadi masinis paham tentang situasi kereta api, dan paham bagaimana mengatasi setiap permasalahan, tidak hanya beradasarkan teori, tapi memainkan imajinasi pikir dalam implementasi. YA, TUHAN... tidak semudah mengatakan ya atau tidak. Tapi memang butuh jawaban cepat, "ikut atau keluar".. dan ketika Will mengatakan secara tersirat, "ikut", dia melakukannya dengan sangat total.

Frank akhirnya menjadi pegawai tetap di perusahaan kereta tersebut, dan Will melanjutkan karyanya sebagai masinis muda yang ahli. Sedangkan Dewey, menjadi karyawan di restoran makanan cepat saji (jauh dari mesin). Orang Galvin yang terlempar masih hidup dan sehat sampai sekarang. Yang lainnya?? Hehehe...tulisannya cepet dan aku sudah menuju pintu exit, hanya itu yang diingat...hihihi..

So, How about we?? 
Aku masih butuh banyak pengalaman dan kesempatan untuk mencoba segala sesuatunya. Seringkali aku mendapat jawaban, "tunggu saat yang tepat", dan itu menjadi tantangan, apakah aku akan setia menghadapi semuanya sampai saat yang tepat itu tiba? Aku akan menjalani itu semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar