Kamis, 18 November 2010

surat pejuang

Selamat ........ (pagi, siang, sore dan malam)

Mungkin kali ini akan ada hal menarik lagi untuk dibicarakan. Karena untuk itulah kita hidup. Aaaahh...sudahlah, aku tak mau menjadi puitis untuk hidupku yang katanya tidak lama.

Tapi, rasa-rasanya menjadi puitis itu tidak berdosa, hanya sedikit berlebihan dalam berkata. Yaaaahh...kalau istilah sekarang "lebay". Tapi kenapa aku takut? Aku tidak berlebihan, dan mungkin sangat amat biasa saja. Sedikit sadar bahwa aku begitu tertutup dan tidak mau ber-sharing ria ata penderitaan yang aku jalani sekarang.

Selamanya aku akan seperti itu. Aku yang hidup sebagai "pejuang", kini harus meringkuk di pembaringan karena sakit yang lama kupendam dan sekarang 'mereka' bagai Merapi yang kini menjadi perbincangan banyak orang, meledug begitu saja dengan sedikit gejala. Dan sama seperti pengungsi di stadion, sekolahan, dan dimanaoun itu, maka diriku pun hanya bisa berpasrah dengan keadaan sekarang. Tapi aku tidka mau bergantung. Pada siapapun. Sekalipun orang tuaku. Atau bahkan kekasihku.

Aku kuat.
Aku hebat dan tanpa sombong aku bisa berkata bahwa aku akan selamat.

Aku tidak takut hari terakhir yang sedang menantiku di sana tanpa laptop, handphone, modem, intetnet, cemilan, dan kawan-kawan. Aku sendirian. Dan sama seperti di awal, karena aku adalah orang kuat yang tertutup, maka aku akan menjadi seseorang yang kuat dalam katup. Katup itu akan kutemui nanti. Pada saatnya.

Sekali lagi, aku bukan dan tidak mau diistilahkan lebay. Aku tidak tahu arti sebenarnya...tapi aku jelas tidak mau Aneh? Seperti itulah yang mereka tahu dan selebihnya, mungkin aku sendiri tidak tahu.

Jadi, sebagai salam dan kenangan, sang Pejuang akan maju untuk yang terakhir kalinya ke medan perang. Tanpa pernah kembali. Ingat, tanpa kembali. Karena di sana akan ditemui kemenangan akhir yang tak terpatahkan.

Pembaringan, November 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar