Senin, 20 Desember 2010

Temu kangen 02-05

Waaahhh...hari ini menyenangkan...walaupun kena macet, sempet terguyur hujan (yang cuma sebentar banget), dan sedikit bingung cari parkiran, semuanya impas karena ketemu temen-temen SMA yang gokil-gokil....

Yups, hari ini aku ketemuan sama beberapa temen sedes seangkatan (2002-2005) di PIM 1, tepatnya, nongkrong di Bakmi GM. Sayangnya, kita ga bisa reserve di hari minggu, jadi mesti nunggu meja kosong yang cukup untuk 10 orang, dan aku ambil nomer antrian, 64. Aku datang jam 11.30, dan Rini sudah menungu di depan Bakmi GM, kita janjian lebih awal karena mau cari kue untuk Sista yang 4 hari lalu baru aja tambah tua...haha..akhirnya, kita ke Hero, cari ciffon cake  yang sesuai dengan budget, dan keju adalah mutlak, ditambah lilin dan korek, so....beres...


Setengah jam kemudian, Sista dateng dan "64 meja untuk 10 orang," kata mbak-mbak Bakmi GM sembari melambai-lambaikan tangan. Sempet mikir kalo kita tuh kayaknya salah milih jam, karena pas banget sama jam makan siang, alhasil ramainyaaa...pake buangeett... Tapi, toh dapet meja juga. Dan karena sudah lelah berdiri, kami langsung masuk dan duduk, pesan minum dan camilan deh, pangsit goreng yang 10 buah.

Eitss....cake tadi jangan dilupakan, karena surprise untuk sista belum terlaksana...hehehe....terus terang, kami sebenarnya lelah dan lapar menunggu teman-teman yang belum juga pada nongol. Jadi, setelah waktu menunjukkan pukul 1:50 pm, kami memutuskan untuk memulai birthday party ala kita..hehehe...yaaa, hanya tiup lilin, dan potong kue trus makan sendiri....tapi, cake itu cukup besar untuk dimakan 3 orang, jadi yang pasti memang disediakan untuk ber-10 orang nanti. Ohyaa...ada yang seru lagi..karena ternyata, aku dan rini salah ambil angka. Umur Sista kan baru 24, tapi yang kita ambil malah angka 2 dn 5, hahahaha....terpaksa deh, angka 5nya gak dipake, untungnya ada hiasan bintang sebanyak 4 buah, jadilah kita pakai 4 bintang itu untuk mewakili angka 4...yang penting tetep 24...hahaha..*maaf ya, sista....terlalu berharap dirimyu cepat tuaa...hihihihi

Dua puluh menit kemudian, Valent mengabari kalau dia sudah sampai lokasi, dan aku diminta keluar. Begitu aku keluar, aku bertemu Galih, Christian, Dimas dan Lia yang baru saja datang. Aaahhh....akhirnya, jadi juga berkumpul...hehehe...langsung ramai deh meja kami. Setelah ngumpul, kami pesan makanan. Sekali lagii...akhirnya...makaaannn... =)))

Selesai makan, kami ngobrol dan foto-foto sambil nunggu Laras dan Henry yang katanya dari tadi sudah OTW, gatau dah otw kemana...hehe.. dan Laras baru dateng sekitar jam 3. Begitu Laras dateng, kita langsung mulai acara lagi untuk tuker kado, dan karena yang bawa kado hanya aku, rini, sista, laras dan galih, jadinya dimas, lia, christian dan valent harus berinisiatif dengan barang yang ada untuk disumbangkan menjadi kado.

Untungnya aku bawa dua, jadi kurangnya hanya 3 kado aja. Dan 3 kado itu adalah kalender bakmi GM (sebenernya ini bonus dari pihak bakmi GM), korek api (ini aku dan rini yang beli untuk nyalain lilin ultahnya sista), dan gulungan tisu yang berisi uang tunai sebesar sepuluh ribu rupiah...hahahaha.....kenapa sepuluh ribu?? Karena memang aku batesin untuk kado itu maksimal seharga sepuluh ribu rupiah.

Dan, tuker kado pun dimulai. Aku sudah menyiapkan lipatan kertas yang akan diambil oleh masing-masing dari kita, dan nama di kertas itu ada nama yang akan kita kasih kado. Tapi, bukan kado kita yang akan kita kasih, melainkan kado orang lain dengan cara ketika kita mengambil kado harus tutup mata. Kebayang kan serunya?? ahahahay...udah ada yang ngincer kadonya nih.... hihihi.... Sista masih ga terima karena dia dapet korek api dari Lia karena dia ngarep coklat tobleron punya Galih....hihihihi....

Wah, sudah hampir jam 4.30 ternyata. Dan kami memutuskan untuk keluar dari bakmi GM, kasihan juga lama-lama sama petugas sana, udah mojok, rame lagii...hmm..kalo gak salah juga ya, sebelah kanan dan kiri itu udah hampi 10 kali ganti customer selama kita nongkrong di situ...atau bahkan lebih mungkin....wakakakakaka...berarti  kita lama banget di situ...

Yah, akhirnya memang harus pisah lagi...ceilee...hehehe..waktunya masing-masing deh, dan semoga ada waktu lagi mungkin beberapa tahun lagi (biar ga bosen-bosen juga) untuk kita reunian lagi...semoga juga lebih ramaiiii...wahahahaha...

Salam Sedes!!!

Kamis, 16 Desember 2010

antara aku, kamu dan kegiatanku

Aku paling sulit membagi waktu. Memang kuakui itu. Tapi, semenjak kamu mau bergabung di dalam peziarahanku, aku berharap kamu benar-benar bisa "bergabung" dengan segala waktuku. Atau, minimal mendukungku dengan segala usahaku. Tapi nyatanya, sungguh sulit bagimu memahamiku dengan berbagai aktivitas yang menumpuk di pundakku. Lalu aku bertanya-tanya, apakah kamu masih menyediakan bahumu untuk tempatku bersandar?? Ketika aku mengeluhkan semua permasalahanku untuk sekedar mencari inspirasi, bukan disalahkan karena aku memilih ini dan itu??

Senin, 13 Desember 2010

"Unstoppable": Kesetiaan dan Ketepatan

Baru saja aku menonton film "Unstoppable". Sebenarnya tidak ada rencana menonton hari itu, tapi aku dan pacarku spontan masuk ke Bioskop di Tamini Square. "Pokoknya, kalau tidak ada yang menarik ya, pulang saja," kata Adit. Aku setuju. Di sana hanya ada 3 studio, studio 1 Harry Potter, studio 2 Unstoppable dan studio 3 aku lupa judulnya, yang jelas itu film Indonesia yang bergenre horor, ada kuntilanaknya sih..hehe.. Setelah berdiskusi sebentar (kaya mau apa deh..), akhirnya kami memutuskan menonton film Unstopable yang jam 19.00, dan kurang 15 menit lagi film akan dimulai, jadi tak perlu menunggu lama, kami langsung masuk ke studio.

Berawal dari satu Kecerobohan
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Berawal dari kisah Will  (Chris Pine), lulusan sebuah pelatihan perkeretaapian 4 bulan lalu (sudah menikah dan punya anak 1, tapi sedang mengurus perceraian), bertugas untuk pertama kalinya dengan Frank (Denzel Washington) membawa kereta 1206. Pada saat yang sama, Dewey (Ethan Suplee) dengan tidak sengaja dan atas kecerobohannya mengakibatkan Kereta Api yang beberapa gerbongnya bermuatan cairan kimia berbahaya melaju cepat tanpa seorang masinis di dalamnya. di lain jalur, kereta wisata berisi puluhan anak-anak sekolah juga sedang melaju dan akan bertemu dengan kereta tak bermasinis tadi. Kereta tersebut akan menuju Stanton, artinya akan menimbulkan banyak korban di sana.

Pergulatan dan konflik terjadi di sela-sela penyelesaian masalah kereta tersebut., Connie (Rosario Dawson) dan Galvin (Kevin Dunn) bergulat soal saham perusahaan dan pekerjaan. Galvin mengancam akan memecat Connie bila tidak mengikuti apa yang diinginkannya, atau bila Connie mengambil keputusan yang tidak disetujui Galvin.

Galvin memutuskan untuk mencari sendiri jalan keluarnya dengan memasang pengungkit untuk menggelincirkan kereta tak bermasinis tadi. Sayangnya, kereta terlalu cepat dan berat untuk digelincirkan, alhasil, pengungkit yang sudah terpasang rusak begitu saja dilindas kereta api. Cara lain adalah memasang lokomotif di depannya sebagai usaha mengerem kereta tersebut, lalu menurunkan orang untukmasuk ke loko kereta tak bermasinis tadi. Sayangnya, kecepatan sulit diseimbangkan, dan orang Galvin luka parah karena terlempar, sedangkan Lokomotif tambahan tergelincir dan meledak.

Menguji Kesetiaan dan Keberanian
WIll dan Frank terus melakukan komunikasi dengan Connie, dibantu Inspector Werner (Kevin Corrigan) seorang peneliti, dan memantau jarak antara kereta 1206 dengan kereta tak bermasinis tadi. Frank dan Will  berhasil masuk jalur lintasan darurat, ketika bertemu dengan kereta tak bermasinis tersebut, sayangnya satu gerbong paling belakang terlambat masuk, sehingga hancur ditabrak kereta tadi.

Melihat hal tersebut, Frank memikirkan suatu ide yaitu, memasang lokomotofnya di belakang kereta berkecepatan 104km/jam itu. Ide gila itu belum disambut baik oleh Galvin maupun Connie, walaupun demikian, Connie mempercayakan hal tersebut kepada mereka berdua. Frank dan Will pun tak lupu dari perdebatan singkat, perihal ikut atau tidak dalam proyek berbahaya ini. Dengan pasrah namun yakin, Will menyetujui ide Frank dan ikut memantau situasi mereka dan terus berkomunikasi dengan Connie.


Dalam ketegangan itu, Frank, yang sebenarnya sudah dipecat dan hanya menghabiskan masa 30 hari kerja mulai bertanya perihal kehidupan Will. Sebelum berangkat, Frank melihat Will beberapa kali mengangkat telepon genggamnya di sela-sela kerja, memasang sambungan loko dan gerbong. Will berusaha berkonsentrasi pada situasi yang berbahaya dan permasalahan yang sedang dihadapinya. Semangat Frank membantu Will menghadapi situasi tersebut. Dengan berani Will memutuskan untuk mengambil alih aba-aba di belakang kereta sampai kereta yang ditumpanginya tersebut menyatu dengan kereta tak bermasinis tadi.

Perlu Ketepatan
Kereta menempel, dan dengan cepat Will berusaha menyambungkan kedua kereta tersebut. Sayangnya, kaki Will terjepit pengait dan hampir saja terjatuh. Para reporter terus memantau pergerakan Will dan Frank di kereta. Will berhasil menyambungnya. Frank tersenyum, tapi mereka belum selesai. Kereta masih melaju dengan cepat. Frank berusaha menariknya, tapi ternyata kekuatan loko mereka kalah cepat. Frank meminta Will mengambil alih kemudi, dan Frank nekat keluar untuk melakukan pengereman manual.

Frank loncat dari satu gerbong ke gerbong lain. Sementara Will berkonsentrasi pada tuas remnya. Kereta akan memasuki jalur belok dan menanjak, yang memungkinkan kereta akan tergelincir. Tapi dengan instruksi dari Frank, Will menarik tuas rem beberapa kali, dan membuat kereta terjaga keseimbangannya. Hanya beberapa tabung tidak berbahaya saja yang jatuh. Dan kereta masih berada di jalurnya. Akan tetapi, kereta semakin cepat melaju ketika diketahui bahwa rem lokomotif yang dibawa Will, blong.

Warga dibuat panik, begitu juga istri Will dan kedua putri Frank. Will dan Frank belum tahu harus berbuat apa lagi, sampai Ned (kepala Pengelasan) dengan truck-nya datang menyuruh Will loncat ke dalam truck. Ned membawa Will ke lokomotif kereta tak bermasinis tersebut, dan menyuruhnya meloncat.

Will loncat dan hampir terjatuh sebelum akhirnya dia berhasil masuk dan mengendalikan kereta tersebut. Kurang dari beberapa Km lagi sampai di Stanton, kereta berhenti dan semuanya bersorak. Penduduk Pensylvania berhutang budi pada Frank dan Will atas musibah yang hampir menimpa ratusan ribu penduduknya.

Kata-kata yang paling aku ingat adalah: "Ini soal ketepatan" , kata Ned kepada Will setelah kereta berhenti. Dan ketepatan itu membutuhkan betahun-tahun pengalaman. Seperti Frank yang sudah berpuluh-puluh tahun bekerja menjadi masinis paham tentang situasi kereta api, dan paham bagaimana mengatasi setiap permasalahan, tidak hanya beradasarkan teori, tapi memainkan imajinasi pikir dalam implementasi. YA, TUHAN... tidak semudah mengatakan ya atau tidak. Tapi memang butuh jawaban cepat, "ikut atau keluar".. dan ketika Will mengatakan secara tersirat, "ikut", dia melakukannya dengan sangat total.

Frank akhirnya menjadi pegawai tetap di perusahaan kereta tersebut, dan Will melanjutkan karyanya sebagai masinis muda yang ahli. Sedangkan Dewey, menjadi karyawan di restoran makanan cepat saji (jauh dari mesin). Orang Galvin yang terlempar masih hidup dan sehat sampai sekarang. Yang lainnya?? Hehehe...tulisannya cepet dan aku sudah menuju pintu exit, hanya itu yang diingat...hihihi..

So, How about we?? 
Aku masih butuh banyak pengalaman dan kesempatan untuk mencoba segala sesuatunya. Seringkali aku mendapat jawaban, "tunggu saat yang tepat", dan itu menjadi tantangan, apakah aku akan setia menghadapi semuanya sampai saat yang tepat itu tiba? Aku akan menjalani itu semua.

Selasa, 07 Desember 2010

Gua Maria Sendang Pawitra - Tawangmangu (2)

Minggu, 28 November 2010

Sesuai dengan undangan, hari ini ada Misa syukur minggu, sekaligus peletakan batu pertama pembangunan jalan salib di Gua Maria Sendang Pawitra, Tawangmangu. Aku dan Pipit sudah bersiap, sebenarnya kami sudah janji dengan Pak Narto (di tulisan sebelumnya, sudah aku jelaskan siapa dia) jam 7 pagi, tapi karena sekali lagi, kami akhirnya baru datang jam 9 karena sebelumnya kami muter-muter untuk nyari tukang pecel. Setelah beberapa gang dan tikungan dimasukin dengan dua mobil besar, ketemu juga mbok-mbok yang baru saja mau jualan pecel. Tanpa basa-basi, semua bakul diborong sama Bu Anne Avantie, plus se-mboknya. Jadi di mobil Bu Anne itu ada beliau, adiknya, anak dan sodaranya, plus 3 mboknya, dan di belakangnya sudah ngeriung 7 bakul pecel, nasi, gorengan, kerupuk, peyek dan kawan-kawannya. Hehehe...sarapan yang heboh...


Peletakan Batu
Langsung saja, ya...karena rasa-rasanya tidak cukup etis kalau mau membicarakan bagaimana kami ngumpul lesehan di tangga, dan memenuhi pintu masuk karena kami makan pecel di sana (Gak pernah ngebayangin sebelumnya, bakal nyarap lesehan bareng sama keluarga besar Anne Avantie, designer batik terkenal itu lhoo...OMG = sebenernya biasa aja sih makan pecelnya..).


Begitu datang, kami langsung menemui Pak Narto yang masih beberes terpal, tiker, dan segala macam persiapan untuk misa nanti. "Sebentar ya, mbak," katanya sambil sedikit terburu-buru. Mungkin dia juga gak sabar ingin diwawancara, hehe...gapapa pak, biar bisa dilihat sama masyarakat katolik Indonesia. Akhirnya....jam menunjukkan pukul 10.00, dan kami sudah mulai ngobrol dengan Pak Narto. Kembali pada acara Pipit bertanya, Pak Narto menjawab. Aku??? Kali ini jadi tukang moto aja.


Tidak berapa lama, Pak Naryo datang. Pak Naryo adlaah orang yang pertama kali memprakarsai dibangunnya Gua Maria Sendang ini, itu berdasarkan tulisan sejarah yang saya terima sebelum saya berangkat ke tawangmangu ini. Karena ada dua narasumber, mau tidak mau, saya ikutan bertanya. (Kok kayanya nyesel banget yah..hehehe...gak kok, biasa aja). Yah, selalu berawal dari, "Pak, gimana sih ceritanya waktu itu kok sampai merasa terpanggil untuk.....?", dan Pak Naryo pun memulai ceritanya, "Ya, dulu itu saya sedang....... kemudian saya merasa seperti mendapat......" dan bla..bla...bla...percakapan dimulai. Tidak terasa sudah jam 11 dan misa syukur sudah dimulai dipimpin oleh Romo Yohanes Suyadi, Pr dari Gereja Santa Maria Tawangmangu, kami tidak ikut misa. Merasa kurang terpanggil...(Baduuunnnggg....!!!), tapi kami tidak main kok, kami menyiapkan rencana kami selanjutnya, termasuk, kemana setelah sore nanti?? hehehe..terus terang, Makan bakso di solo masih jadi rencana yang sudah kami pikirkan sejak di Jakarta. Parah, bakso terus dimana-mana....eh, kok jadi bakso?? Kembali ke Gua...

Sebelum misa ditutup, acara puncak dimulai, yakni peletakan batu pertama yang dilakukan oleh Romo Yadi, Pak Naryo, Ibu Anne Avantie dan Pak Stevan. Keempat orang tersebut berperan penting dalam proses pembangunan dan pengembangan Gua Maria dan Jalan Salib di Tawangmangu tersebut. Bergiliran mereka meletakkan batu dan ditutup dengan semen. Berlutut dan berdoa sebelum serta sesudah meletakkan batu, menjadi cara mereka menghargai anugerah yang diberikan dariNya untuk turut membantu proses tersebut. Tak terasa, air mata Bu Anne perlahan menjadi kian deras, sederas hujan yang mulai membasahi kami semua.  Setelah selesai, Romo Yadi memberkati seraya memercikkan air suci di atas batu tersebut, tepatnya di tempat yang akan menjadi perhentian kedua. (Karena, perhentian pertama batunya sudah jadi).


Selesai misa dan pemberkatan, umat diajak untuk beramah tamah. Pak Tri sebagai moderator mengajak umat untuk mendengarkan beberapa patah kata dari Romo Yadi, Bu Anne, dan pak Stevan, tentunya sembari menikmati santap siang yang sudah disiapkan oleh panitia kecil. Dalam kesempatan itu, Bu Anne mengucap syukur dan dengan memejamkan matanya, berkata, "Kalau ini memang jalanMu, bantu saya untuk mewujudkan kehendakMu." Kami semua tertegun, bukan karena keartisannya, tapi karena kekhidmatannya. Demikian pula pak Stevan, yang dengan niat luhur, hendak membangun Jalan Salib tersebut, dan karena keterbatasannya, ia berhenti, namun niatnya tersambung dengan kehadiran Bu Anne saat ini.

Setelah selesai, aku dan pipit masih harus bertemu dengan beberapa orang, yaitu umat yang katanya tidak sengaja mengikuti misa dan proses peletakan batu pertama itu. Mereka berasal dari semarang dan tertarik untuk mengikuti acara tersebut. Belum lagi, kami masih ada PR untuk berkunjung ke Susteran SND di dekat terminal tawangmangu. Maka dengan sedikit buru-buru, setelah ngobrol sebentar dengan Romo Yadi, kami pun beranjak pulang. Tapi, ada aja ceritanya si pipit ini...Sandalnya ternyata lenyap sebelah. Kenapa mesti dia ya?? Mungkin emang udah takdir ya...hehehe....yasudah, kami tetap menuju Susteran dan si pipit...nyeker, cing...hihihi...

Kami diantar oleh Mba Lala, adik dari Bunda Anne. Sampai di Susteran, kami tidak langsung bertemu suster, karena sedang ada tamu yang akan menyewa susteran untuk rekoleksi. Dan....satu setengah jam kemudian....akhirnya, kami bertemu dengan Suster Richarda, dan dengan tenangnya: "Saya tadi di kamar, tidka ada yang memberi tahu kalau kalian sudah di sini." Ya Tuhan, Suster sudah keluar saja kami sudah bersyukur..karena tamunya suster Ancel lamanya minta ampun....hehehe...

Dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, akhirnya terlaksana juga wawancara kami dengan Suster Richarda dan Suster Ancel. Setengah jam yang padat, dan kami tetap terburu-buru karena sebenarnya kami sudah ditinggal rombongan Anne Avantie yang sudah kembali ke Solo satu jam lalu, dan kami masih harus bergerilya mengejar wawancara. Tapi, untungnya, susternya berbelas kasih kepada kami dengan mengantarkan kami ke hotel, bahkan mengantar kami sampai palur. Terus terang, kalau tidak karena kebaikannya, kami akan jadi anak jalanan yang bisa dibilang nyasar, karena bus dari tawangmangu ke solo sudah habis satu jam yang lalu.

Menuju Jogja
Kami sampai di Palur, dan sebelum pisah (Pipit ke tempat omnya, dan aku harus ke jogja - tetep), kami menyempatkan untuk ngebaks (ngebakso) di ruko pinggir jalan. Lumayan untuk mengurangi mual dan teler selama perjalanan (mabok in action)..hehehehe... Setelah omnya pipit datang, kami diantar dulu ke rumahnya, setelah itu aku diantar ke palur untuk menunggu bus yang ke arah jogja. Tepat pukul 7, bus yang kutunggu datang juga. Dan, "terima kasih, om sudah diantar", itu yang sempet aku ucapkan untuk omnya pipit (maaf, gatau namanya, belum sempet kenalan juga). Satu jam menjelang Jogja, hujan mengguyur dengan semangatnya yang tiada terkira, sampai akhirnya aku turun di Janti, air sudah menggenang. Untung pas di depan Indomaret, yang ada atap sempurnanya, jadi bisa menyelamatkan diri dengan suksesd ari guyuran hujan, walaupun yang di bawah terendam.

Sepuluh menit kemudian, Om Tono, Tante Nur, Tito dan Timmy (ya ampun, ini sekeluarga) datang menjemput dengan Avansanya. Berasa tamu agung deh...hehehe...(*lebay). Kami tidak langsung pulang karena perut lapar, dan KFC, andalannya dua lelaki kecil (timi dan tito) menjadi tempat tujuan kami. Dalam waktu sekejap, kami dengna lahap menyantap semua yang menghadap..hap..hap..hap..dan kenyang serta kantuk menyergap. Sepertinya aku akan tidur nyenyak malam ini.

Benar saja, begitu sampai rumah, dengan tidak sabar aku segera mandi karena badan sudah lengket keringat dan air hujan (untung tanpa air mata). Segarnya (dinginnnyaaa...), dan kantuk makin menjadi. Tanpa kompromi ini dan itu, aku langsung mapan turu di kamar depan (kamar tito n timi). Mak lep.... dan aku tidka sadarkan diri.

Aku mengakhiri perjalananku di Ambarukmo, komplek Polri blok E3 rumah ketiga sebelah kiri berpagar putih, di kamar depan dengan kipas angin kecil tapi membuatku sedikit menggigil.

Salam jumpa dari Jogja.

Kamis, 02 Desember 2010

R.E.M - Losing My Religion

Losing My Religion
by: R.E.M 


Oh, life is bigger
It's bigger than you
And you are not me
The lengths that I will go to
The distance in your eyes
Oh no, I've said too much
I set it up

(chorus)
That's me in the corner
That's me in the spotlight, I'm
Losing my religion
Trying to keep up with you
And I don't know if I can do it
Oh no, I've said too much
I haven't said enough
I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

Every whisper
Of every waking hour I'm
Choosing my confessions
Trying to keep an eye on you
Like a hurt lost and blinded fool, fool
Oh no, I've said too much
I set it up
Consider this
Consider this
The hint of the century
Consider this
The slip that brought me
To my knees failed
What if all these fantasies
Come flailing around
Now I've said too much
I thought that I heard you laughing
I thought that I heard you sing
I think I thought I saw you try

But that was just a dream
That was just a dream

(repeat chorus)

But that was just a dream
Try, cry, why try?
That was just a dream
Just a dream, just a dream
Dream

Doa Perlindungan Diri Dari Setan

DOA-DOA PERMOHONAN PRIBADI

Dalam pergulatan melawan kekuatan kegelapan.



1). Ya Tuhan Allah, kasihanilah aku, hamba-Mu.

Aku ini bagaikan wadah tak berguna

Karena banyaknya mereka yang menghadang aku.

Renggutlah dan bebaskanlah aku dari tangan musuh-musuhku,

Dan bantulah aku, carilah aku yang hilang,

Baharuilah aku bagi-Mu bila sudah Kautemukan,

Janganlah tinggalkan daku bila sudah Kaupulihkan kembali,

Supaya dengan demikian aku selalu berkenan kepada-Mu,

Sebab aku mengetahui bahwa Engkau telah menebus aku dengan kuasa-Mu.

Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.



2). Allah yang Mahakuasa,

Engkau memberikan tempat kediaman

Bagi orang yang ditinggalkan sendirian.

Engkau menghantar orang yang terbelenggu ke dalam kesejahteraan.

Pandanglah aku yang bersengsara

Dan bangkitlah menolong aku.

Kalahkanlah musuh yang amat jahat itu.

Semoga aku menjadi bebas dan tenang dalam Dikau,

Bila lawan yang sekarang dekat padaku, sudah dikalahkan.

Dan bila aku telah pulih kembali, aku dapat berbakti kepada-Mu dengan tenang.

Aku akan memuji-muji Engkau yang begitu mengagumkan

Karena selalu menguatkan umat-Mu terkasih.

Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.



3). Allah, Pencipta dan Pembela umat manusia,

Engkau telah menciptakan manusia menurut citra-Mu

Dan menciptakannya kembali lebih indah lagi

Berkat rahmat pembaptisan.

Pandanglah aku, hamba-Mu

Kabulkanlah permohonan-permohonanku.

Aku mohon, semoga terbitlah dalam hatiku kemuliaan-Mu yang cemerlang,

Agar segala yang menakutkan, segala kecemasan dan kekawatiran dilenyapkan

Sehingga bersama dengan saudara-saudaraku

Aku dapat memuji Engkau di dalam Gereja-Mu.

Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.



4). Allah yang berbelaskasih dan mahabaik,

Engkau telah menghendaki

Putra-Mu menanggung derita di kayu salib bagi kami,

Untuk melenyapkan dari kami kekuasaan musuh.

Pandanglah dengan murah hati aku yang hina dan menderita ini.

Aku mohon, sudilah Engkau menangkis serangan si jahat

Dan melimpahkan rahmat berkat-Mu kepadaku,

Yang telah Engkau baharui dalam bejana pembaptisan.

Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.



5). Allah, Engkau menghendaki aku menjadi putra/i cahaya

Berkat rahmat yang mengangkat aku menjadi anak-Mu.

Aku mohon, sudilah memulihkan daku dengan kekuatan-Mu,

Agar aku tidak diliputi kegelapan setan,

Tetapi tetap dapat bercahaya cemerlang

Dalam kebebasan dan sukacita

Yang telah kuterima dari-pada-Mu.

Demi Kristus, Tuhan kami. Amin.



6). Doa-Doa kepada Tritunggal Mahakudus:

Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus.

Hanya bagi Allah, hormat dan kemuliaan.

Terberkatilah Bapa dan Putra bersama dengan Roh Kudus;

Kami memuji dan memuliakan Dikau, Tritunggal mahakudus, selama-lamanya.

Kami berseru kepada-Mu, kami memuji dan menyembah Dikau,

Ya Tritunggal yang terberkati.

Engkaulah tumpuan harapan kami, keselamatan kami dan kehormatan kami.

Bebaskanlah aku, selamatkanlah aku, hidupkanlah aku kembali.

Ya Tritunggal yang terpuji.

Kudus, kudus, kuduslah Tuhan, Allah Mahakuasa,

Yang telah ada, kini ada dan akan datang.

Bagi-Mulah hormat dan kuasa, ya Tritunggal yang terpuji,

Bagi-Mulah kemuliaan dan kekuasaan selama-lamanya.

Kepada-Mu pujian dan kemuliaan, kepada-Mulah segala ucapan syukur

Sepanjang masa, ya Tritunggal yang terpuji.

Ya Allah kudus, kuat dan kudus, kuat dan abadi, kasihanilah aku.



7). Doa-Doa kepada Yesus Kristus, Tuhan kita:

a.

Yesus, Putra Allah yang hidup, kasihanilah kami.

Yesus, Citra Bapa,

Yesus, Kebijaksanaan kekal,

Yesus, kecemerlangan Cahaya abadi,

Yesus, Sabda Kehidupan,

Yesus, Putra prawan Maria,

Yesus, Allah dan manusia,

Yesus, Imam agung,

Yesus, Bentara Kerajaan Allah,

Yesus, Jalan, Kebenaran dan Hidup,

Yesus, Roti Kehidupan,

Yesus, Pokok Anggur sejati,

Yesus, saudara kaum miskin dan papa,

Yesus, sahabat orang-orang berdosa,

Yesus, tabib jiwa dan badan,

Yesus, Keselamatan bagi orang-orang yang tertindas,

Yesus, Penghiburan bagi orang-orang yang terlantar,

Engkau yang telah datang ke dunia kasihanilah kami.

Engkau yang telah membebaskan orang-orang terbelenggu dari setan,

Engkau yang telah bergantung di kayu salib,

Engkau yang telah wafat untuk kami,

Engkau yang telah dimakamkan,

Engkau yang telah turun kea lam maut,

Engkau yang telah bangkit dari kematian,

Engkau yang telah naik ke surga,

Engkau yang telah mengutus Roh Kudus kepada para rasul,

Engkau yang duduk di sisi kanan Bapa,

Engkau yang akan datang mengadili orang hidup dan mati,

b.

Karena penjelmaan-Mu, bebaskanlah kami, ya Tuhan.

Karena kelahiran-Mu,

Karena pembaptisan dan puasa-Mu yang suci,

Karena salib dan penderitaan-Mu,

Karena wafat dan pemakaman-Mu,

Karena kebangkitan-Mu yang suci,

Karena kenaikan-Mu yang mengagumkan,

Karena pencurahan Roh Kudus,

Karena kedatang-Mu yang mulia,

c.Ketika Salib disebut, setiap orang membuat tanda salib pada diri sendiri.

Selamatkanlah aku, ya Kristus Penyelamat, berkat daya kekuatan Salib +

Engkau yang telah menyelamatkan Petrus dari dalam air.

Dengan tanda Salib +

Bebaskanlah kami dari musuh-musuh kami, ya Allah kami.

Dengan Salib-Mu + ya Kristus Penyelamat, selamatkanlah kami,

Sebab Engkau telah membinasakan kematian kami berkat wafat-Mu

Dan telah memulihkan kehidupan kami berkat kebangkitan-Mu.

Kami menyembah Salib-Mu + ya Tuhan,

Kami mengenang lagi penderitaan-Mu yang mulia;

Engkau yang telah menderita bagi kami, kasihanilah kami,

Kami menyembah Engkau, ya Kristus dan memuji Dikau,

Sebab dengan Salib-Mu + Engkau telah menebus dunia.



8). Doa-Doa kepada Santa Perawan Maria:

Ke bawah perlindunganmu kami berlari,

Bunda Allah yang suci;

Janganlah menolak doa permohonan kami dalam kesesakan,

Namun bebaskanlah kami selalu

Dari segala mara bahaya,

Prawan yang mulia dan terberkati.

Penghibur dalam kesusahan, doakanlah kami.

Penolong orang Kristen, doakanlah kami.

Perkenankanlah aku memuji dikau, ya Prawan tersuci;

Berikanlah daku kekuatan untuk melawan musuh-musuhmu.

Ibuku, tumpuan harapanku.

Maria, prawan dan bunda Allah,

Doakanlah aku pada Yesus, Putramu.

Ya ratu dunia yang termulia,

Ya Maria, prawan abadi,

Mohonkanlah damai dan keselamatan bagi kami,

Sebab engkau telah melahirkan Kristus Tuhan,

Penyelamat bagi semua orang.

Maria, Bunda rahmat, Bunda belaskasihan,

Lindungilah kami dari musuh,

Terimalah kami pada saat kematian kami.

Bantulah aku, ya prawan Maria yang tersuci,

Dalam segala marabahaya, kegelisahan dan kesesakanku.

Bebaskanlah aku dari segala kejahatan,

Serta dari bahaya bagi jiwa dan badan,

Berkat kekuatan dari Putramu terkasih.

Tunjukkanlah ya prawan Maria yang tersuci,

Apa yang telah terdengar segala masa,

Engkau sebagai tempat berlindung bagi yang mencari,

Bantuan bagi yang berseru kepadamu,

Sokongan bagi orang terlantar yang meminta.

Terdorong oleh keyakinan hati,

Aku bergegas datang kepadamu, ya Bunda, prawan segala prawan;

Aku pendosa, berdiri dihadapanmu dengan menangis.

Janganlah mengabaikan kata-kataku, ya Bunda Sang Sabda,

Tetapi dengarkanlah dengan murah hati dan kabulkanlah permohonanku.



9. Doa-Doa kepada Santo Mikael, Malekat Agung:

Santo Mikael, malaikat agung,

Belalah kami dalam pertempuran;

Melawan kejahatan dan lindungilah kami dari tipu muslihat setan.

Semoga Allah memberi perintah kepadanya, maka kami mohon:

Engkau, Pemimpin balatentara surga,

Enyahkanlah setan dan roh-roh jahat lainnya ke dalam neraka

Dengan kekuatan ilahi,

Sebab mereka mengembara di dunia ini

Untuk mencelakakan jiwa-jiwa. Amin.



10. Doa-Doa Litani :

Tuhan, kasihanilah kami.

Kristus, kasihanilah kami.

Tuhan, kasihanilah kami.

Santa Maria, Bunda Allah doakanlah kami / aku.

Santo Mikael,

Santo Gariel,

Santo Rafael,

Para malaikat pelindung yang suci,

Santo Yohanes Pembaptis,

Santo Yosef,

Santo Petrus,

Santo Paulus,

Santo Yohanes,

Semua rasul-rasul yang suci,

Santa Maria Magdalena,

Dapat ditambahkan para kudus lainnya.

Dari segala kejahatan, bebaskanlah kami / aku, ya Tuhan.

Dari segala dosa,

Dari tipu muslihat setan,

Dari kematian kekal,

Kristus, dengarkanlah kami / aku.

Kristus, kabulkanlah doa kami / ku.





Sumber: De Exorcismis et supplicationibus quibusdam, Vatican, 1999

Kesaksian: "Aku, Lucifer"

Betapa dahsyat kuasa Allah Bapa, bagi mereka yang tidak melihat namun percaya, kesaksian ini merupakan bukti kekuatan yang tidak tertandingi. Bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun, percayalah bahwa Yesus, Bunda Maria dan bala tentara Malaikat senantiasa menjaga dan melindungi kita dari segala kejahatan. Maka, pentinglah membaca kesaksian dari Romo Yohanes Dwi Harsanto, Pr berikut ini dan semakin dikuatkanlah kita semua dalam iman kepercayaan kepadaNya. 


Pengalaman tak terlupakan

Saudara-Saudari terkasih, dan para imam yang terhormat. Rasa hati saya masih menggelegak, bergetar, tremendum-fascinoscum oleh pengalaman pertama saya melakukan eksorsisme. Pertama-tema saya mengucapkan terima kasih kepada Bruder Yohanes FC yang telah pernah memposting teks resmi mengenai doa exorcism dari Vatikan ke milist komunikasi KAS. Saya sempat membacanya sambil lalu waktu itu, namun puji Tuhan, saya dapat ingat akan apa yang tertulis di postingan bruder ketika harus menghadapinya sendiri. Melalui pengalaman saya melakukan eksorsisme, sayapun semakin bersyukur atas rahmat Sakramen Imamat kepada Gereja, yang ternyata memang menjadi sasaran tembak utama setan namun sekaligus juga alasan ketakutan setan.

Panggilan menjelang tengah malam

Kisahnya demikian: Pada hari Sabtu, tanggal 27 November 2010, saya mendampingi rekoleksi OMK (Orang Muda Katolik) Stasi Tambun paroki Bekasi di Cipanas. Dewan Stasi dan Paroki turut mendampingi. Acara berlangsung dengan baik dan inspiratif sampai malam hari. Setelah acara api unggun, semua peserta dan penyelenggara bersiap untuk tidur. Sayapun masuk ke kamar saya. Baru saja saya jatuh tertidur, pintu kamar saya diketuk. Saudari Marta dan Anton serta beberapa orang yang lain memberitahu saya, bahwa di Cibulan di daerah bawah Cisarua, ada sekelompok Mahasiswa KAJ dekenat Timur yang sedang rekoleksi, dan mereka membutuhkan bantuan imam untuk menghadapi empat orang mahasiswi yang sedang kesurupan. Satu orang di antara mereka bahkan telah menghilang dan tidak ada di villa. Romo pendamping yakni Rm. Hari Sulistyo sudah pulang dan tidak akan kembali lagi ke sana.

Saya terhenyak. Pikiran saya langsung bekerja: jarak antara Cipanas hingga Cibulan adalah sekitar 15 Km. Cukup jauh. Menjelang pukul sebelas malam begini pula…. Namun hati saya tergerak untuk menolong. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke sana disertai oleh Martha dan Anton. Sambil mengemudikan mobil, saya mengingat kembali postingan bruder Yohanes dalam milist, apakah ciri-ciri orang kerasukan setan dan perbedaannya dengan orang yang mengalami stress berat/depresi. Lalu saya berpikir, ah, jangan-jangan mereka hanya depresi saja. Biasanya perempuanlah yang suka kesurupan, dan benar juga, perempuanlah yang dikatakan kesurupan malam ini. Jujur saja, sebenarnya saya termasuk golongan orang yang skeptis dalam urusan semacam ini. Maksud saya datang hanyalah sekedar menenangkan anak-anak itu saja. Kehadiran pastoral sajalah, demikian pikir saya. Namun demikian, saya tetap mencoba mengingat- ingat kembali teks itu. Kebetulan handphone BB saya hang setelah tersiram air teh di gerbong kereta api saat saya kembali dari Jogja ke Jakarta hari Jumat dinihari kemarin. Karena itu, saya tidak dapat membuka kembali teks dari milist itu. Saat itu saya tak punya pilihan lain, selain berusaha mengingat- ingat sendiri saja, sambil berbincang-bincang dengan Anton dan Martha.

Villa tua, tempat si jahat beraksi

Sesampainya kami di villa tua itu, terlihat para “pasien” sudah terlentang dan tengkurap tidur. Mereka dipisahkan di tiga tempat. ’Pasien’ yang hilang sudah ditemukan. Menurut berita, ia kini berada di kamar atas. Dari keempat anak itu, ada satu orang yang kata mereka paling kuat. Karena villa itu tidak dikelola Gereja dan bukan tempat khusus retret, maka reaksi spontan orang sekitar villa adalah memanggil Pak Kiyai/dukun setempat. Mbah dukun itu sudah dipanggil sejak pukul tujuh malam tadi dan gagal, lalu pulang. Kata mbah dukun, jenis ini bukan yang dia ketahui. Mereka memanggil pula pak Pendeta Protestan dari gereja terdekat. Namun kata mereka, Pak pendeta juga menyatakan tak sanggup pula, lalu pulang. Terlihat para mahasiswa masih menggenggam rosario dan berdoa bersama. Ada salib besi tergeletak di sofa. Pasien terparah itu adalah seorang perempuan berperawakan kecil saja. Ia tergolek tengkurap di sofa, ditunggui oleh teman-temannya. ”Ia sudah tidur”, demikian kata mereka. Karena kondisi sudah tenang, saya spontan memutuskan: ”Ya sudah saya kembali saja, kan anaknya sudah tidur… ” Tetapi beberapa mahasiswa meminta saya melihat dulu kondisi gadis yang terparah itu. Kata mereka, tadi dia kuat sekali. Delapan orang mahasiswa lelaki yang kuat pun dia hempaskan. Rosario yang mereka kalungkan di lehernya ia putuskan, dan ia lemparkan ke halaman. Anehnya, rosario itu kemudian mereka temukan berada di WC villa. Salib besi itu juga telah ia ludahi. Kata mereka, suaranya pun berubah seperti bukan suara gadis itu. Hhmm… Masih dengan agak skeptis, saya mendekatinya.

Kuncinya: jangan berkompromi dengan setan

Terlihat badan gadis itu tengkurap, mata terpejam separuh. Dari situ terlihat manik matanya…. melihat ke arah mata saya… Aneh… Saya agak tersinggung. Lha kok dia melirik ke saya terus. Kepalan tangannya menggenggam erat. Saya duduk di sofa yang sama, dekat punggungnya. Ia mengais punggung bawah sambil keluar bunyi desis dari mulutnya, sampai bajunya terlihat sobek sedikit. Desisnya berbunyi ”panasss” …..Lalu, saya nekad… Saya pegang tangannya. Ia memberontak. Saya buka genggaman tangannya, dia melawan dengan sebaliknya. Posisinya masih menelungkup. Saya ingat postingan teks dari bruder Yohanes. Ciri kerasukan setan yang membedakannya dari depresi antara lain adalah, jika disebut nama Malaikat Agung Santo Mikael, atau nama Para Kudus, juga Bunda Maria dan Tuhan Yesus Kristus, maka ia tentu akan bereaksi dengan keras. Agak skeptis, namun tetap dengan memegang erat jari-jari kaku yang mencekam dari anak itu, saya katakan dengan suara wajar namun jelas terdengar, ”Keluarlah dari badan anak ini! Dalam nama Yesus Kristus Tuhanmu, serta Malaikat Agung Santo Mikael yang kepadanya kamu membangkang, keluarlah”.

Namun reaksi anak itu begitu mengejutkan kami semua, termasuk saya sendiri. Dengan gerakan cepat dan tak terpahami dari sudut mekanika badan manusia, ia berkelit langsung menatap wajahku, face to face, eyes to eyes….Ia mendesis menatap lurus ke mata saya, matanya penuh kebencian… Lalu dia berkata: ”Jangan sebut nama itu! Itu musuh kami!”. Dia bertanya : ”Apakah kamu takut, Bapa?” Saya menjawab, ”Kamulah yang takut!” Kemudian, dengan tatapannya yang tajam dia bertanya, ”Mengapa Bapa mengusir saya? Saya juga anak Tuhan. Kalau tidak, tentu saya tidak ada!” Segera kujawab, ”Kamu anak Tuhan yang tidak taat, sombong. Mengapa kamu memasuki anak ini?” Namun setan itu menjawab enteng saja, ”Tempat ini nyaman. Saya mau pergi asalkan anak ini kubawa. Saya telah menambah penyakit pada dirinya, meremas alat cernanya, dan membunuhnya. Itu salah Bapa kalau Bapa memaksakan kehendak”. Saya tidak mau diajak tawar menawar dengan setan. Maka saya menjawab: ”Tidak ada kompromi. Kamu tidak bisa membunuh anak ini dan tidak akan mampu membawa nyawanya”. Setan inipun menantang saya dengan mengatakan bahwa ia tidak takut pada imamNya, tidak takut pada Sakramen dan tidak takut pada Yesus, karena dia juga mengaku sebagai anakNya.

Pergumulan dari tengah malam sampai dini hari

Maka sejak pukul 23.45 hingga memasuki hari Minggu dini hari, saya dan para mahasiswa Katolik di sana bergumul untuk mengusir setan dari anak itu. Ia yang kesurupan itupun berubah dari waktu ke waktu. Kadang-kadang suaranya berubah menjadi lembut bak wanita cantik, namun kemudian menjadi ganas. Kadang ia tertawa ngikik, kadang menantang, kadang merunduk sok kalah. Kadangkala ia merajuk minta dikasihani. Anak itu muntah-muntah berkali-kali. Kadang setan melepaskan anak itu, lalu masuk lagi. Ketika anak itu dilepas, si anak mengeluh, ”Romo, saya tak kuat, badan saya dan usus serta lambung sakit semua. Saya mau mati saja, dan takut”. Kami menguatkan agar ia berani melawan. Ternyata si anak ini juga diberitahu oleh setan bahwa Romo akan dibunuhnya jika anak itu tidak taat padanya. Maka si anak merasa lemah, karena tak mau Romo diapa-apakan oleh setan.

Namun, yang paling mengejutkan ialah, walaupun setan itu dapat keluar meninggalkan anak itu tetapi selang beberapa menit, namun kemudian setan kembali memasuki anak itu dengan jumlah yang makin banyak. ”Kami ini Legion”, katanya jelas sekali. Ia fasih berbahasa Inggris dan Jawa. Hal ini terjadi ketika saya mengajak dia berdialog dalam bahasa Inggris dan Jawa, sekedar mengetes apakah itu benar-benar setan ataukah hanya ’acting’ anak itu. Saya tetap mengingat teks postingan bruder di milist itu, dan makin yakin akan kebenaran isinya. Saya katakan padanya, ”Kekuatanmu hanya seperempat. Masih ada Malaikat Agung Santo Mikael, serta Gabriel dan Rafael.” Mendengar ini, ia mundur dan melepaskan anak itu. Tiba-tiba ia masuk lagi dan berkata, ”You are stupid, Father”, lalu menghantam saya. Suatu saat ia terjatuh tepat di salib, dan kontan ia menjerit kepanasan. Maka para mahasiswa menempelkan salib-salib mereka. Ia berteriak kepanasan dan tersiksa. Begitulah, si setan itu pergi lagi. Namun dengan cepat ia kembali lagi, dengan membawa lebih banyak lagi setan bersamanya. Ia mau menguras kekuatan saya. ”Sampai kapan Bapa bisa bertahan? Akan kukuras tenagamu, Bapa!”. Saya menjawab sambil teringat Mzm 121:2, ”Kekuatanku datang dari Allah, yang menjadikan langit dan bumi”. Kami bertempur lagi. Si setan menjerit-jerit, dan kemudian ia lari lagi… Lalu saya mendengar berita bahwa ketiga mahasiswi lain sudah dilepaskan. Semua setan kemudian berpindah merasuki mahasiswi yang satu ini.

”Aku, Lucifer”
 

Ketika masuk lagi yang terakhir kali ke dalam anak itu, dia memeluk saya. Dengan seolah suara si mahasiswi, dia mengendus tengkuk saya sambil berbisik, ”Aku Lucifer”. Saya merinding. Terasa bulu kuduk saya berdiri dan ketakutan mendera. ”Kamu takut, Romo?” katanya dengan lembut di telinga saya. ”Aku akan mengincarmu terus sampai kapanpun”. Tiba- tiba bangkitlah keberanian saya. Saya berteriak kepada para mahasiswa: ”Kita mendapat kehormatan, sampai Lucifer sendiri, si penghulu Setan, datang!” Para mahasiswa terbawa emosi, mereka berdoa makin keras. Ada pula yang berteriak, ”Hancurkan saja… Sikat dia, Romo!”. Setan itu berkata, ”Paus Yohanes Paulus II memarahiku”. Kujawab, ”Tak hanya Paus Yohanes Paulus II, semua paus dan uskup, dan imam memarahimu, bahkan Tuhanmu Yesus dan Malaikat Agung Mikael atasan langsungmu! Taatlah kepadaNya!” ”Sayalah tuhan”, jawabnya sinis. Saya membanting dia, dan kami berpegangan tangan sambil saling melawan. Saya mulai berkeringat dan tenaga saya terkuras, tetapi tetap saja saya melawannya. Saya mengatakan, ”Kamulah yang ketakutan, melihat kami semua dan Tuhanmu! Lepaskan badan anak ini, karena dia sudah menerima Sakramen Ekaristi! ” Lucifer menjawab: ”Aih, itu hanya roti biasa! Dan kalian imam-imam semua bodoh!” Mendengar perkataannya, saya marah sekali. ”Kamu sudah melawan kuasa imamat rajawi Tuhan Yesus Kristus! Kamu mau melawan imamatNya?” Lalu ia menjawab dengan nada meremehkan, ”Aku tak takut, Romo, pada imamatmu!”

Ke kapel Lembah Karmel kami membawanya

Ketika Lucifer menantang imamat saya, saya marah. Saya minta tas saya kepada para mahasiswa. Saya melepaskan dia dulu untuk mengambil peralatan aspergil dan stola serta minyak suci, sementara dia ditahan oleh para mahasiswa yang ”menimbunnya”: dengan doa-doa Salam Maria, Bapa Kami, Aku Percaya, serta menindihnya dengan tubuh-tubuh kuat mereka. Ketika saya datang lagi, saya percikkan dia dengan air suci. Ia menjerit kepanasan, dan lari. Saat itu, saya berpikir, ini sudah dini hari, semua akan kacau jika tak diakhiri. Oleh karena itu, saya memerintahkan agar tubuh mahasiswi ini digotong dan dievakuasi. Mereka menggotongnya masuk ke mobil saya, lalu saya tancap gas dengan tujuan ke Lembah Karmel. Saya menelpon Mbak Sari dan Suster Lisa P Karm. Mbak Sari dengan sigap telah meminta Satpam membuka gerbang dan pintu kapel.

Si mahasiswi dipegangi oleh Martha, Anton dan Asrul. Ia berteriak, ”Cepat Romo, cepat… dia mengejar…” katanya panik. Kami tetap berdoa Aku Percaya, Bapa Kami, dan Salam Maria. Tiba-tiba suara mahasiswi berubah lagi, ”Haaa. Mau dibawa ke mana anak ini, Bapa? Aku telah menambah lagi penyakitnya. Aku meremas jerohannya… Anak ini hanya sampai dini hari ini, Bapa. Bapalah yang harus tanggungjawab atas kematiannya!” Kemudian, anak itu muntah-muntah di mobil. Anton, Asrul dan Marta tetap berdoa dengan memeganginya yang berontak ke sana kemari. Saya mengatakan kepada Setan itu, ”Kamulah yang harus bertanggungjawab. Jangan memutarbalik fakta, dasar setan! Kamu telah melecehkan Sakramen Mahakudus. Kamu akan kubawa ke hadapan Yesus, supaya tahu rasa kamu nanti. Mau lepaskan dia sekarang, atau nanti kamu makin sengsara di hadapan Raja Semesta Alam!” Lalu dia mulai merayu lagi, ”Sia-sia semua ini Bapa… Bapa besok banyak acara kan? Ditunggu banyak umat.. sudahlah Bapa kembali saja istirahat”. Saya jawab: “Acara satu-satunya imam Tuhan ialah mengenyahkan kamu ke neraka!” Di situlah selama perjalanan ia menawari saya apapun akan diberikan asalkan saya tunduk pada keinginannya. Namun, saya tak mau berkompromi. Saya katakan dengan tegas bahwa dia yang harus tunduk pada Kristus! Mendengar ini ia berkata, ”Sayalah tuhan, I am the Lord”. Saya tertawakan dia. Lalu ia mengancam akan menggulingkan mobil. Saya menjawab, ”Ini mobil para uskup Indonesia. Tak bakalan kau berhasil menggulingkannya!” Saya mengingatkannya akan Santo Yohanes Maria Vianney yang dia bakar tempat tidurnya gara-gara tak mampu mengalahkan imam kudus itu. Di hatiku aku berharap, Santo Yohanes Maria Vianney, kumohon agar engkau mendoakan aku untuk mengalahkan Setan ini…

Lalu si Setan lalu merajuk lagi, ”Ah kenapa tenagaku melemah, tak sekuat tadi”. Anak-anak mahasiswa ikut menjawab, ”Rasain lu.” Dia mendamprat : ”Apa lo, bocah kemarin sore!” Saya menjawabnya, ”Mereka bukan bocah kemarin sore. Mereka anak-anak Tuhan semesta alam”. Sepanjang jalan kami berdebat dengan bahasa Inggris, Jawa, dan Indonesia. Mobil bagaikan terbang… dalam setengah jam kami mendekati Lembah Karmel, dan semakin mendekati Sakramen Mahakudus. Lagi- lagi, Setan itu mulai menendang dan berontak. Kukatakan padanya, ”No place for evil, you know!” Kutantang dia, ”Kenapa kau kuasai anak ini. Apa salahnya?” Dia menjawab, “Bukan salah anak ini, tetapi ayahnya”. Kujawab: “Ya, aku tahu, berarti ayahnya mengikat perjanjian kegelapan denganmu. Nanti acara kita di rumah Tuhan hanya satu, ialah memutus perjanjian leluhur anak ini dengan Lucifer keparat ini!” Kemudian dia mengikik mirip nenek Lampir dalam film Misteri Gunung Merapi, atau mirip kuntilanak. Dia katakan: “Bukan, bukan begitu imam bodoh. Kamu memang imam munafik dan pendosa!” Aku menjawab, “Aku memang pendosa, namun tidak memberontak kepada Tuhan seperti kamu!”. Dia menjawab lagi, “Ayahnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku, Bodooh!” Kupancing dia, “Jadi, ayahnya mengikat perjanjian denganmu bukan?” Dia jawab: “Bukan, bodoh! Kamu keliru, imam bodoh. Ayahnya mempersembahkan diri kepada Kristus. Leluhurnyalah yang mempersembahkan diri kepadaku”. Dia tertawa ngekek lagi. Saya juga, mentertawakan kekeliruan saya. Jadinya kami terkekeh bersama. Namun dengan tegas kukatakan: “Kamu setan bodoh. Gampang dipancing ya hahaha… Maka acara kita satu-satunya di depan Sakramen Mahakudus nanti hanyalah memutuskan perjanjian itu dan kamu akan mengalami sengsara kekal. Go to hell! Kalau kamu ingin bahagia, ajaklah anak buahmu dan dirimu sendiri bertobat, kembali menyembah Allah yang benar! Jangan iri lagi karena Putra-Allah menjadi Manusia”… Mendengar perkataan ini, dia meradang, ”I hate you.. I hate all priests of Christ…!!!” Namun, setelah mendengar betapa ia membenci para imam, saya merasa mendapatkan kekuatan dan keharuan. Sebab itu artinya kami berada di pihak yang benar, sehingga kerenanya, Setan membenci kami. Saya membayangkan jajaran imam Tuhan dan uskup yang berada di pihak saya. Sungguh itu menguatkan batin saya.

Setan kalah di hadapan Kristus dalam Sakramen Mahakudus

Sementara itu pohon-pohon bambu Lembah Karmel sudah mulai tampak… Si Setan berteriak lagi, ”Rumah jelek! Mosok Tuhan mau tinggal di rumah jelek! Akulah tuhan.” Aku menjawabnya, ”Itulah bedanya Kristus dengamu, Jelek! Dia mau merendahkan diri, sedangkan kamu malah menyombongkan diri! Rasakan akibatnya, kebencian abadi bersamamu sajalah!’ Lalu kudengar ia merajuk lagi, ”Romo, ini saya, saya sudah sadar… saya mau pulang ke Bekasi, ke Jatibening, ini mau dibawa ke mana?” Tak terpengaruh atas rajukannya, saya menjawab, ”Sadar gundulmu kuwi! Kami mau membawamu ke hadapan Sakramen Mahakudus, Raja Semesta Alam yang penuh kuasa. Hanya kepadaNya semua lidah mengaku dan segala lutut bertelut, termasuk kamu!”

Pak Satpam membuka gerbang. Ia mengawal kami sampai ke samping kapel kecil (yang sebenarnya besar sekali). Mobil berhenti di jalan menanjak di samping kapel, di depan wisma St. Antonius. Tubuh mahasiswi itu kami bopong keluar mobil. Aneh sekali, badan yang kecil itu mempunyai bobotnya berlipat-lipat. Dia tertawa ngikik. Mengerikan sekali. Melihat pak Satpam yang tinggi besar, dia berkata seolah suara mahasiswi itu : ”Wah, ini dia bapakku”. Tapi segera dia mendesis-desis dan mengikik ketika kami bopong ke kapel, ” Kalian tak kan berhasil… tak kan berhasil kikikiiiiikkk….” Tubuh kecil namun berbobot itu kami baringkan di depan panti imam, di bawah altar, di lantai sebelum trap pertama. Jika dilihat dari ruang umat, kepalanya kami letakkan di sebelah kiri. Anton, Asrul dan Martha memegangi tangan dan kakinya. Saya minta dipinjamkan korek api dari pak Satpam untuk menyalakan lilin di kanan kiri tabernakel. Pak Satpam menyalakan lampu di patung Bunda Maria. Suasana temaram, dan dingin dini hari menggigit. Pukul 03.45. Saya berlutut di hadapan tabernakel. Saya memohon kekuatan dari Tuhan sendiri. Lalu saya turun, berlutut lagi di trap di sisi kiri si mahasiswi. Saya mengajak anak-anak mahasiswa itu berdoa. Saya berdoa: ”Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus, dengan rendah hati kami bawa ke hadapanmu tubuh anakMu yang sedang dirasuki si Jahat. Kami tidak sanggup mengusirnya dengan kekuatan kami sendiri. Bertindaklah Tuhan atas dia, utuslah malaikat agungMu dan balatentara sorgawi membebaskan dia. Amin”. Lalu saya menghadapi tubuh mahasiswi itu dari trap, membelakangi altar dan Sakramen Mahakudus. Dengan duduk karena lelah, saya angkat tangan kanan saya di atasnya dan membuat gerakan tanda salib berkat dengan berkata (saya heran mengapa saya bisa mengatakan ini): ”Atas kuasa imamat rajawi yang diberikan Tuhan Yesus Kristus kepada GerejaNya dan kepadaku, aku melepaskan ikatan perjanjian kegelapan antara kamu dengan leluhur anak ini. Dalam Nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus, Amin.”

Tubuh anak yang berbaring itu tiba-tiba terjungkit, duduk, melengos ke depan, menatap tajam ke Asrul yang memegangi kakinya, lalu menoleh menatap tajam ke kiri menatap langsung ke mata saya….. Sedetik kemudian terkulailah tubuh si mahasiswi ini… Si jahat sudah keluar dari tubuhnya. Si mahasiswi ini lalu merintih : ”Romo, itu Tuhan Yesus… ooo Tuhan”, tangan kiri dan tangannya nya menggapai ke arah altar. Tapi kami bawa keluar dengan dituntun. Tapi ia melihat ke atas, ”Ooo… malaikat banyak sekali… oooh.. Romo, lihat?.. Ooo… Dia yang terjelek, hitam, telah diborgol… dimasukkan ke dalam kereta… Ooo Malaikat Agung Santo Mikael… ooh.. Sampai di pintu utama, anak itu minta kembali ke dalam, ”Romo, teman-teman, saya harus kembali… Itu Tuhan…” Dia kutuntun, dan dengan tangannya ia menggapai ke arah Tabernakel…” Sampai di panti imam, di samping kanan altar ia mencium patung kaki Kristus… Lalu menuju tabernakel, ia memeluk tabernakel itu erat-erat. ”Tuhan Yesus terima kasih.. Syukur kepadamu.. ” lalu ia menangis di situ beberapa saat. Setelah selesai, ia ke altar Bunda Maria, ia memeluk kaki patung Bunda Maria dan menangis: “Bunda, terima kasih atas doamu. Aku tak akan meninggalkan engkau dan putramu”…

Iman lebih kuat daripada segala yang jahat
 

Pak Satpam menyerahkan kunci wisma Antonius. Anak itu mulai mengeluh lapar dan haus. Pak Satpam menggendongnya. Kini ia tidak berat lagi. Dia membersihkan diri di wisma, sementara teman-teman yang lain membelikan makanan dan minuman di warung yang memang agak jauh, karena dapur rumah retret belum buka. Hari masih pukul 04.30 pagi. Setelah makan minum, anak itu bercerita kepada kami tentang kejadian semalam. Bahwa setelah makan malam, ia masuk kamar di villa, dan melihat dua orang manusia bertanduk. Ia takut, lalu menceritakan hal ini kepada temannya. Kedua makhluk itu marah karena diceritakan keberaadaannya kepada orang lain. Mereka mengancam akan merasuki semua peserta Rekoleksi KMK KAJ itu. Si mahasiswi menawar, karena ketakutan serta kasihan kalau semua peserta kesurupan, maka spontan dia mempersilakan mahluk itu merasuki dirinya saja. Ketika di depan altar itulah, sebenarnya dia hampir saja mengikuti kehendak Lucifer untuk mengikutinya. Pasalnya, Lucifer mengancam, jika ia tidak mau ikut, maka imam itulah yang akan dibunuhnya. Karena kasihan pada Romo, ia akan ikut saja. Tetapi melesat ada malaikat yang membisikinya, ”Romo itu baik-baik saja, maka lawanlah Lucifer, sementara kami akan menariknya keluar dari tubuhmu.” Maka ia berani melawan, dan Lucifer ditarik oleh balatentara malaikat, diborgol lalu dimasukkan ke dalam kereta yang melesat membuangnya ke neraka. Setelah itu tinggal Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memeluk dan mendukungnya. Begitulah kesaksiannya. Namun bagi saya, ini juga adalah suatu kejadian iman melawan kuasa jahat di awal masa Adven 2010, tepat di Minggu pertama.

Sampai Minggu sore tak habis-habisnya saya, Asrul, Anton, Martha membicarakan hal ini. Juga teman-teman peserta rekoleksi KMK-KAJ Dekenat Timur dan OMK Wilayah Mikael Malaikat Agung dan St. Andreas. Semua membuahkan satu kenyataan: bahwa iman lebih kuat daripada kebencian, apalagi setan. Saya sendiri merasa dikuatkan dalam iman dan imamat saya, dan disadarkan akan kelemahan diri serta pertobatan. Saya makin yakin dan percaya bahwa alam maut tak akan menguasai Gereja sampai kapanpun sesuai dengan janji Tuhan. ”Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18). Sungguh, kuasa Allah mengatasi segalanya. Berbahagialah semua orang yang percaya yang bersandar kepada-Nya dan mengandalkan Dia.

”Tuhan Yesus, hamba-Mu bersyukur atas pengalaman yang tak terlupakan ini. Aku semakin teguh mengimani kehadiran-Mu di dalam sakramen- sakramen-Mu. Syukur tak terkira untuk kuasa-Mu di dalam Sakramen Maha Kudus dan Imamat yang Engkau karuniakan kepadaku. Segala hormat, pujian dan syukur, kusampaikan kepada-Mu, Ya Tuhan Raja semesta alam. Amin.”

Terima kasih kepada semua yang telah membaca kisah sharing ini. Semoga kesaksian ini berguna bagi iman, harapan, dan kasih para pembaca, kepada Allah pencipta langit dan bumi.

Salam saya,
Yohanes Dwi Harsanto Pr.

(sumber: katolisitas)

Rabu, 01 Desember 2010

Gua Maria Sendang Pawitra - Tawangmangu (1)

Sabtu, 27 November 2010

Sudah jam 3 pagi, dan aku harus bersiap menuju Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Pagi ini aku berangkat ke Solo untuk mengikuti kegiatan di Tawangmangu, Karanganyar. Dengan diantar motor oleh kakakku, aku menuju terminal Kampung Rambutan. Di sana sudah berjejer bus DAMRI, dan yang paling depan akan membawaku segera ke Bandara. Tepak pukul 4.30, bus berangkat dan hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai di Soeta. Masih terlalu pagi untuk check in jam 7.

Aku menunggu Pipit dan Dian di lobi luar. Sedikit bengong-bengong memikirkan permasalahan yang masih terbawa. Tidak berapa lama, Pipit datang. Sedikit membahas mengenai kegiatan yang akan kami ikuti selama dua hari ke depan. Pukul 6.30, barulah Dian, salah satu karyawan Anne Avantie datang dan mengajak kami untuk ambil tiket. Setelah itu, kami langsung masuk untuk check in dan menungu boarding pass. Lion Air, Jakarta - Solo, 7.30 WIB. Petugas sudah meminta kami masuk, dan kami menuju tempat kami masing-masing. Kami duduk bertiga dan sederet. Dan, kami berangkat....


"Para penumpang yang terhormat, anda akan memasuki bandara Adi Sumarmo, Solo. Silahkan gunakan sabuk pengaman anda karena kita akan melakukan pendaratan....," kira-kira begitulah suara petugas sebelum kami mendarat. Tepat pukul 9.45 kami tiba di Bandara Adi Sumarmo, Solo. Kami langsung memesan taksi menuju kediaman adik kandung Ibu Anne Avantie di Perumahan Fajar Harapan. Setelah muter-muter sampai sopirnya minta tambahan uang Rp 10.000,-, akhirnya kami sampai juga di rumah sederhana nan mewah (isinya).

Kami masuk dengan santai, tak sungkan dan semoga tak bosan, berkenalan dengan ibu dari Anne Avantie (mereka memanggilnya Mami) dan suaminya (Pa Nda) serta saudara-saudarinya. Aku dan Pipit disuguhi Pecel Solo yang menurutku hampir sama saja, bahkan kurang pedes...hehehe...tapi, terima kasih karena sudah mengerti bahwa kami kelaparan selama di pesawat. Nampaknya kami harus menunggu Ibu Anne Avantie datang. Dan setelah beberapa jam, akhirnya beliau datang juga dengan mobil Taruna hitam dan masih menelepon dari seseorang, beliau tersenyum kepada kami. Beberapa menit kemudian beliau menutup telepon dan menyalami kami seraya mengucapkan terima kasih. Terima kasih karena menyambut undangan yang diberikan via sms melalui Romo Greg.

Kami masih berusaha memahami dan beradaptasi dengan kondisi sebenarnya, karena kami belum tahu jadwal kegiatan mereka dan apa yang harus kami lakukan selain liputan dan mencari narasumber? Kami pun menunggu beberapa jam lagi untuk jadwal pasti dari Ibu Anne Avantie. OMG, when will we go there??? Dan setelah beberapa orang datang, serta beberapa jam lewat, kami pun berangkat menuju Tawangmangu, Karanganyar. Kami langsung masuk ke hotel Bintang, yang nampaknya sudah dipesan. Tapi, seperti biasa, kami harus menunggu lagi untuk bisa masuk. Entah kenapa kami memang harus menunggu. Belum lagi kami masuk kamar, kami sudah diajak untuk langsung melihat lokasi Gua Maria Sendang Pawitra. Ya sudah, kami setuju karena itulah tujuan kami yang utama. Berangkat....

Jalan menuju Gua Maria cukup jauh, berkelok dan bersebelahan dengan jurang yang sangat dalam. Bayangkan, tidak ada pagar pembatas tebing. Dengan perlahan tapi pasti, mobil meliuk mengikuti setiap jalur di tebing gunung. Kaca jendela kami buka dan angin segar langsung menyergap hidung kami. Dingin juga, dan tampak di kejauhan, kabut-kabut mulai bergerak perlahan. Rahasia sedikit, saya sedikit mual dengan kondisi jalan yang demikian. Jadi, untuk mengantisipasi, ya saya tidak banyak tingkah seperti biasanya di perjalanan. Hehehehe...

Sesampainya di lokasi, kami di sambut gerimis lembut dan angin dingin yang menyambut, seolah-olah menyuruh kami untuk segera turun ke Gua. Menuruni tangga, kami melihat Ibu-ibu mengangkat batu-batu yang digunakan untuk menutup tanah agar tidak becek. Di jalur itu, di setiap ujungnya sudah terpasang bambu dengan lembaran ilustrasi setiap perhentian 12, 13 dan 14 Jalan Salib. Aku berdiri di belakang Ibu anne Avantie. Sesaat dia berhenti dan sedikit berbisik mengatakan, "saya tidak tega melihatnya". Mereka adalah masyarakat desa yang ikut bergotong royong meletakkan batu-batu di setiap jalur yang masih becek.


Kami tiba di depan Gua Maria, di sana sudah ada beberapa orang berjaga karena suasana masih hujan. Bunda Maria terletak di atas, di bawahnya terdapat Gua, altar dan tempat lilin berhiaskan malaikat menari. Kami pun menyempatkan diri berbincang dengan Pak Narto, sang juru kunci tentang sejarah Gua Maria Sendang Pawitra sembari menanti Ibu Anne Avantie dan beberapa orang lain berdoa. "Saya sudah 30 tahun di sini," kata Pak Narto dengan senyumnya yang yakiin dan gagah berani. Sebagai seorang muslim taat, dia sangat yakin akan tugasnya untuk menjaga Gua MAria sebagai berkah baginya dan keluarga.





Beberapa saat sebelum kami pulang, hujan mengguyur dengan sangat derasnya. Pulang pun tertunda, karena kami harus membantu mereka membetulkan terpal yang sempat hampir jatuh karena tak kuat menahan debit air di atasnya. Ketika hujan reda, kami langsung beranjak pulang karena Ibu Anne Avantie dan keluarga besar akan mengadakan misa arwah di hotel tempat kami menginap. Melalui jalur yang sama, kami menuju hotel. Kali ini jendela tidak kami buka, karena hujan dan kabut tebal menemani kami menuruni tebing.

Sampai di hotel, kami langsung istirahat. Kami tidak ikut misa karena merasa tidak berkepentingan di sana. Jadi kami menyempatkan diri untuk beristirahat, mandi, dan kami makan di luar bersama dengan keluarga besar Anne Avantie. Makan malam sederhana yang istimewa. Selesai makan, kami langsung pulang. Kami tidak langsung istirahat karena masih harus menyiapkan list pertanyaan untuk para narasumber besoknya. Jadi, tulisan ini masih akan berlanjut ya...

salam.