Sabtu, 27 November 2010

berharap pada kata "MAAF"

Rasa-rasanya memang aku harus sendiri untuk mengatur hatiku. Aku yang sombong pada cinta dan egois tentang rasa, menjauhkanku pada kasih yang sesungguhnya. Cukuplah mengerti bahwa dirinya memang sedang tak ingin diusik. Baik raga maupun jiwanya. Menurutku, akupun harusnya demikian. Mungkin penting pula untuk menjadi tidak terusik agar jiwaku memiliki kesempatan beristirahat.

Bukan tak ingin menyalahkannya, aku hanya berharap dia dapat memahami harapanku padanya. Kami punya mimpi, dan itulah yang dia selalu katakan padaku. Kadang aku terharu, tapi tak jarang pula aku diliputi kegalauan karena kondisinya yang belum kunjung jelas bagiku. Sekalipun demikian, aku berusaha menghargai dia sebagai seorang lelaki.

Sekarang dia marah. Dan tentunya padaku. Semua karena ha-hal kecil yang didukung situasi sulit dan menimbulkan ledakan dahsyat tak terkira. Aku tahu meminta maaf adalah cara sangat minimal yang bisa aku lakukan. Melihat jarak kini antara aku dan dia, aku hanya berharap dia pun memiliki intropeksi yang sama dengan yang aku rasakan. Tapi kini pentingkah itu semua?

Bagiku cukup dengan kejadian malam sabtu yang membuat kami uring-uringan tak jelas. Dan menjadi pelajaran sangat amat beharga bagi kami untuk saling memahami situasi dengan kesabaran yang limit. Sangat sulit. Aku egois. Dan aku akui itu. Tapi, sekali lagi, aku masih berharap pada kata maaf yang sudah aku lontarkan dengan harapan dua memberikan maaf itu dan memberiku waktu untuk menjalani hidupku tanpanya. Hanya beberapa waktu, sampai aku sungguh-sungguh merindukan kebersamaan itu kembali. Karena bagaimanapun, aku masih sangat merindu sampai saat ini. Hanya aku tahu aku tak mampu mengungkapkan itu semua. Dan aku hanya berharap dari kata "Maaf".

Tawangmangu, pembaringan
kedinginan dan merindukan

Jumat, 26 November 2010

Kesibukan baru....

bagi kawan-kawan yang berkunjung dan menyempatkan mata untuk melihat-lihat....silahkan lihat juga alamat blog leadfotografi.wordpress.com yaa...siapap tahu cucok...hehehe...monggo..

Menjelang Ulang Tahunmu

Aku pergi...
dan aku pasti akan pergi walaupun aku tahu besok adalah hari ulang tahunmu..

Tapi aku harus pergi..
dan kamu tidak bisa mencegahku..karena aku pun tidak bisa menolaknya..

Hmm...mungkin bisa...
tapi selalu ada pertimbangan, dan kali ini bukan tentang kamu....
semua soal waktu..
dan besok memang adalah hari ulang tahunmu..

Kamu tahu besok itu?
mungkin aku tidak akan ada di saat kamu meniup lilin kue ulang tahunmu
atau mungkin bukan aku yang akan menerima kue pertama di usiamu yang ke-26
dan bukan aku pula yang mengucapkan "selamat ulang tahun" via telpon dini hari yang mengganggu

Tapi tenang saja...
mestinya kamu bersyukur karena aku masih bisa mengingat bahwa besok adalah hari ulang tahunmu
dan aku berusaha untuk mengucapkannya sebelum besok
karena besok aku pergi dan tidak bisa melihatmu merayakan bertambahnya usiamu

Aku akan begadang malam ini menulis puisi untukmu
sekedar puisi ulang tahun biasa yang mungkin gak ada artinya setelah dibaca
atau bahkan saat dibaca..

Tapi, aku hanya ingin menyampaikan..
"Selamat Ulang Tahun"
karena doaku selalu menyertai walau aku tidak di sisi

Bagaimanapun, aku selalu berharap pada sesuatu yang terbaik untukmu
untuk segala yang kamu harap dan kamu inginkan di dunia
yang nyata dan berlogika
sampai yang kasat mata sekalipun

Jadi, sekali lagi, Selamat mempersiapkan hari ulang tahunmu
dan sampai jumpa lagi

Aku pergi.

Selasa, 23 November 2010

Red Wine Bath

 untuk para pecinta red wine.....mungkin perlu merasakan yang namanya "red wine bath"...hohohoho



Red Wine Bath

Bishop: Read the Pope's Condom Comments

 Urges Faithful to Go to the Source, Not to Trust the Media


FARGO, North Dakota, NOV. 22, 2010 (Zenit.org).- The bishop of Fargo is encouraging the faithful to not trust the media to interpret the words of Benedict XVI for them, and to read for themselves what the Pope has to say about condoms.

Bishop Samuel Aquila made these statements today in response to the flurry of reports over the weekend that suggested the Holy Father approved the use of condoms in some cases.

L'Osservatore Romano, the Vatican's semi-official newspaper, spurred the media activity Saturday when it published several excerpts from the book-interview with Benedict XVI titled "Light of the World," which is scheduled to be released Tuesday by Ignatius Press.

At the end of the tenth chapter of the book, the writer, German journalist Peter Seewald, asked the Pontiff two questions on the fight against AIDS and the use of condoms. Seewald referenced the Holy Father's comments on this topic while aboard the papal plane on the way to Cameroon and Angola in March, 2009.

To the charge that it's "madness to forbid a high-risk population to use condoms," Benedict XVI replied: "There may be a basis in the case of some individuals, as perhaps when a male prostitute uses a condom, where this can be a first step in the direction of a moralization, a first assumption of responsibility, on the way toward recovering an awareness that not everything is allowed and that one cannot do whatever one wants. But it is not really the way to deal with the evil of HIV infection. That can really lie only in a humanization of sexuality."

Seewald then asked the Pontiff, "Are you saying, then, that the Catholic Church is actually not opposed in principle to the use of condoms?"

The Holy Father replied, "She of course does not regard it as a real or moral solution, but, in this or that case, there can be nonetheless, in the intention of reducing the risk of infection, a first step in a movement toward a different way, a more human way, of living sexuality."

Bishop Aquila noted that the Church "has always celebrated the truth and beauty of human sexuality," and that an "unchanging part of that celebration throughout history is the Church's teaching that sexual expression must be open to life [... and] that sexual union within a marriage is between one man and one woman."

"Despite recent news articles which falsely construe the words of Benedict XVI to suggest otherwise," he added, "that teaching has not changed in any way."

No shift


"At issue here are the words of Pope Benedict XVI regarding condom use," the bishop continued. "The news stories and some of the comments solicited from the public would interpret his words as proclaiming a shift in the Catholic Church's teaching on condom use, and contraception in general. [...]

"This conclusion is incorrect as can be easily seen by examining the actual text from the book. The Holy Father is not condoning the use of condoms, but making an observation regarding the awakening of a sense of responsibility in the people who are caught up in the habitual sin of prostitution.

"He does not offer a new moral evaluation of the use of condoms, neither in principle nor practically in this circumstance, but is merely describing a psychological development as one, even in the grip of sin, can begin to acknowledge the safety and human dignity of another."

Bishop Aquila then urged the faithful and "all people of good will to
read the entire book."

"Do not depend on the media for your understanding of what Benedict XVI states," he said, "rather go to the source in order to find truth and not someone's misunderstanding and false interpretation of what was actually stated."



http://www.zenit.org/article-31041?l=english

Senin, 22 November 2010

Batu Kecil dan Mutiara

Pada suatu ketika, hiduplah seorang pcdagang batu-batuan. Setiap hari dia berjalan dari kota ke kota untuk memperdagangkan barang­-barangnya itu. Ketika dia sedang berjalan menuju ke suatu kota, ada suatu batu kecil di pinggir jalan yang menarik hatinya. Batu itu tidak bagus, kasar, dan tidak mungkin untuk dijual. Namun pedagang itu memungutnya dan menyimpannya dalam sebuah kantong, dan kemudian pedagang itu, meneruskan perialanannya. 


Setelah lama berjalan, lelahlah pedagang itu, kemudian dia beristirahat se.jenak. Selama dia beristirahat, dia memnbuka kembali bungkusan yang berisi batu itu. Diperhatikannya batu, itu dengan seksama, kemudian batu itu digosoknya dengan hati-hati. Karena kesabaran pedagang itu, batu yang semula buruk itu, sekarang terlihat indah dan mengkilap. Puaslah hati pedagang itu, kemudian dia meneruskan perjalanannya.

Selama dia berjalan lagi, tiba-tiba dia melihat ada yang berkilauan di pinggir jalan. Setelah diperhatikan, ternyata itu adalah sebuah mutiara yang indah. Alangkah senangnya hati pedagang tersebut, mutiara itu diambil dan disimpannya tetapi dalam kantong yang berbeda dengan kantong tempat batu tadi. Kemudian dia meneruskan perjalanannya kembali. Adapun si batu kecil itu merasa bahwa pedagang itu begitu memperhatikan dirinya, dan dia merasa begitu bahagia.


Namun pada suatu saat mengeluhlah batu kecil itu kepada dirinya sendiri. "Tuan begitu baik padaku, setiap hari aku digosoknya walaupun aku ini hanya sebuah batu yang jelek, namun aku merasa kesepian. Aku tidak mempunyai teman seorangpun, seandainya saja Tuan memberikan kepadaku scorang teman".

Rupanya keluhan batu kecil yang malang ini didengar oleh pedagang itu. Dia merasa kasihan dan kemudian dia berkata kepada batu kecil itu "Wahai batu kccil, aku mendengar keluh kesahmu, baiklah aku akan memberikan kepadamu sesuai dengan yang engkau minta".

Setelah itu kemudian pedagang tersebut memindahkan mutiara indah yang ditemukannya di pinggir jalan itu ke dalam kantong tcmpat batu kecil itu berada. Dapat dibayangkan betapa senangnya hati batu kecil itu mendapat teman mutiara yang indah itu. Sungguh betapa, tidak disangkanya, bahwa pedagang itu akan memberikan miliknya yang terbaik kepadanya. Waktu terus berjalan dan si batu dan mutiara pun berteman dengan akrab. Setiap kali pedagang itu beristirahat, dia selalu menggosok kembali batu, dan mutiara itu. Namun pada suatu ketika, setelah selesai menggosok kcduanya, tiba-tiba saja pedagang itu memisahkan batu kecil dan mutiara itu. Mutiara itu ditempatkannya kembali di dalam kantongnya semula, dan batu kecil itu tetap di dalam kantongnya sendiri.

Maka, sedihlah hati batu kecil itu. Tiap-tiap hari dia menangis, dan memohon kepada pedagang itu, agar mengembalikan mutiara itu bersama dengan dia. Namun seolah-olah pedagang itu tidak mendengarkan dia. Maka putus adalah batu kecil itu, dan di tengah-tengah keputusasaan nya itu, berteriaklah dia kepada pedagang itu "Oh tuanku, mengapa engkau berbuat demikian? Mengapa engkau mengecewakan aku?"
Rupanya keluh kesah ini didengar oleh pedagang batu tersebut. Kemudian dia berkata kepada batu kecil itu "Wahai batu kecil, kamu telah ku pungut dari pinggir jalan. Engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Mengapa engkau mengeluh? Mengapa engkau berkeluh kesah? Mengapa hatimu berduka saat aku mengambil mutiara itu daripadamu? Bukankah mutiara itu miliku, dan aku bebas mengambilnya setiap saat menurut kehendakku? Engkau telah kupungut dari jalan, engkau yang semula buruk kini telah menjadi indah. Ketahuilah bahwa bagiku, engkau sama berharganya seperti mutiara itu, engkau telah kupungut dan engkau kini telah menjadi milikku juga. Biarlah aku bebas menggunakanmu sekehendak batiku. Aku tidak akan pernah membuangmu kembali".

Mengertikah apakah maksud cerita di atas ? Yang dimaksud dengan batu kecil itu adalah kita-kita semua, sedangkan pedagang itu adalah Tuhan sendiri. Kita semua ini buruk dan hina di hadapanNya, namun karena kasihnya itu Dia memoles kita, sehingga kita dijadikannya indah di hadapanNya. Sedangkan yang dimaksud dengan mutiara itu adalah berkat Tuhan bagi kita semua. Siapa yang tidak senang menerima berkat? Berkat itu dapat berupa apa saja dalam kehidupan kita sehari-hari, mungkin berupa kegembiraan, kesehatan, orangtua, saudara dan sahabat, dan banyak lagi. Apakah kita pernah bersyukur, setiap kali kita mendapat berkat itu? Dan apakah kita tetap bersyukur, jika seandainya Tuhan mengambil semuanya itu dari kita? Bukankah semua itu milikNya dan Ia bebas mengambilnya kembali kapanpun Ia mau? Bersyukurlah selalu kepadaNya, karena Dia tidak akan pernah mengecewakan kita semua.

Yer 29:11-12 Bukankah Aku ini mengetahui rencana-rencanaKu kepadamu ? Yaitu rencana keselamatan dan bukannya rencana kecclakaan untuk memberikan kepadamu hari esok yang penuh harapan. Maka kamu akan berseru dan datang kepadaKu untuk berdoa dan Aku akan mendengarkan kamu.

Hadiah Cinta Seorang Ibu

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta scorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. la cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. la juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan menulis. la ingin sekali menjadi ketua kelas. lbunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Says percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. la pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. la menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. la telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah … bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?

"Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun didalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Kamis, 18 November 2010

melihat sawarna....

katanya tempat ini indah dan mengguggah hati..hahaha...lebay deh..

tapi berdasarkan blog yang saya baca dan dari artikel wisata lainnya, sawarna menjadis alah satu tempat tujuan yang harus dikunjungi.

belum percaya??

kunjungi aja beautiful sawarna.

surat pejuang

Selamat ........ (pagi, siang, sore dan malam)

Mungkin kali ini akan ada hal menarik lagi untuk dibicarakan. Karena untuk itulah kita hidup. Aaaahh...sudahlah, aku tak mau menjadi puitis untuk hidupku yang katanya tidak lama.

Tapi, rasa-rasanya menjadi puitis itu tidak berdosa, hanya sedikit berlebihan dalam berkata. Yaaaahh...kalau istilah sekarang "lebay". Tapi kenapa aku takut? Aku tidak berlebihan, dan mungkin sangat amat biasa saja. Sedikit sadar bahwa aku begitu tertutup dan tidak mau ber-sharing ria ata penderitaan yang aku jalani sekarang.

Selamanya aku akan seperti itu. Aku yang hidup sebagai "pejuang", kini harus meringkuk di pembaringan karena sakit yang lama kupendam dan sekarang 'mereka' bagai Merapi yang kini menjadi perbincangan banyak orang, meledug begitu saja dengan sedikit gejala. Dan sama seperti pengungsi di stadion, sekolahan, dan dimanaoun itu, maka diriku pun hanya bisa berpasrah dengan keadaan sekarang. Tapi aku tidka mau bergantung. Pada siapapun. Sekalipun orang tuaku. Atau bahkan kekasihku.

Aku kuat.
Aku hebat dan tanpa sombong aku bisa berkata bahwa aku akan selamat.

Aku tidak takut hari terakhir yang sedang menantiku di sana tanpa laptop, handphone, modem, intetnet, cemilan, dan kawan-kawan. Aku sendirian. Dan sama seperti di awal, karena aku adalah orang kuat yang tertutup, maka aku akan menjadi seseorang yang kuat dalam katup. Katup itu akan kutemui nanti. Pada saatnya.

Sekali lagi, aku bukan dan tidak mau diistilahkan lebay. Aku tidak tahu arti sebenarnya...tapi aku jelas tidak mau Aneh? Seperti itulah yang mereka tahu dan selebihnya, mungkin aku sendiri tidak tahu.

Jadi, sebagai salam dan kenangan, sang Pejuang akan maju untuk yang terakhir kalinya ke medan perang. Tanpa pernah kembali. Ingat, tanpa kembali. Karena di sana akan ditemui kemenangan akhir yang tak terpatahkan.

Pembaringan, November 2010

Minggu, 14 November 2010

selalu ada hal baru


Menjadi pengangguran...

yah, emang sih..rasanya gimana gitu..hihihi...tapi, sebenernya kita gak nganggur2 amat kok..karena selalu ada hal yang bisa dikerjakan. Kadang dibutuhkan kepekaan yang tinggi untuk merasakan hal-hal luar biasa di sekitar kita. 

kalo gw?? selalu mempersiapkan diri...itu kata banyak orang yang seneng banget 'wanti-wanti' ke gw. Nyatanya, memang butuh kok. Semenjak memulai skripsi, gw memulai untuk mencari tambahan 'isi dompet' untuk hal-hal kecil, semisal transport kesana kemari. Ditambah lagi, gw yang seneng jalan dan mondar-mandir ini rasanya perlu diakomodasi sepenuhnya..hehehe...yah, dari mana kalo gak dari dompet sendiri?? Jadilah gw melamar di sebuah majalah Rohani yang sudah cukup go nasional...udah ding sebenernya...hihihi...gw terdaftar sebagai kontributor Majalah HIDUP sampai sekarang...hasilnya lumayan, walaupun hanya sebagai kontributor, jadi tukang nanya-nanya narasumber, tukang foto dan tukang ketik, gw udah ga minta ortu untuk ongkos jalan-jalan gw...hohoho..menyenangkan. 

Gak cuman itu, aktivitas gw sebagai relawan membuahkan relasi tak  kunjung henti. Dengan bangga gw menerima tawaran untuk membantu komisi kepemudaan di KWI. Posisinya sih hanya staff, tapi memang pekerjaannya hanya membantu. Menyenangkan walaupun kadang bosan. Bayangkan, harus bekerja di depan komputer untuk memindai buku atau naskah tua, mengedit kembali dan setiap hari dari jam 9Am-5Pm...walaupun kadang-kadang, jamnya disesuaikan sama kesanggupan..hihihi.

Nah, yang terbaru sekarang ini, dengan segala kondisi, situasi, relasi yang sudah ada, disertai semangat dan niat yang membara, gw dan beberapa teman membuat tim jasa fotografi bernama LeAd FOTOGRAFI. Usaha ini difokuskan pada layanan fotografi kegiatan seperti prewed, wedding, resepsi, Ultah, Seminar, Workshop, dll. Tapi tidak menutup kemungkinan bagi kawan-kawan yang membutuhkan organizing comitee untuk sebuah kegiatan besar. Kami akan bantu untuk memudahkan semuanya. 

Sibuk banget kayanya...waktunya???

hehehe...emang, sih, waktu 1X24 jam itu kadang berasa kurang..tapi selama komunikasi berjalan dengan baik, dan sistem management waktunya okeh, yah, lancar-lancar kok. Buktinya, gw masih bisa menjalankan semuanya. 

Intinya sih, gak ada yang gakbisa dilakukan, karena sadar gak sadar, kita selalu bertemu banyak orang. Dan pertemuan itu, kalau dimaknai dengan "sungguh", akan membuahkan ide baru, semangat, inspirasi bahkan 'isi dompet' tadi. 

Jadi, jangan takut bertemu orang banyak, karena kita punya lahan dan inspirasi yang masih 'nyantel' di diri mereka. 

Selamat menjalankan aktivitas.